Pengantin Baru |
Dua sejoli yang sedang bulan madu keluar dari rumah di pagi hari. Mereka jalan bergandengan tangan ingin menikmati udara pagi yang segar. Ketika mereka melewati semak-semak, tiba-tiba terdengar suara : Wek..week..week.
"Pagi begini kok sudah ada ayam disemak-semak ya?" kata si suami.
"Itu bukan suara ayam Mas, tetapi suara itik" sahut istrinya.
"Kamu keliru sayang, itu suara ayam" bantah suaminya.
"Tidak, aku hafal betul sayang. Beda suara ayam dan itik" kata istrinya.
Wek..wek..wek. Terdengar lagi suara dari semak-semak.
"Benar bukan? Itu suara ayam!" sang suami mulai ngotot.
"Jelas suara itik gitu lho Mas" sang istri juga mulai ngotot.
"Coba nanti dengar baik-baik, jangan kamu ngotot dengan pendapatmu sendiri" kata sang suami. Kali ini tidak ada panggilan sayang.
"Mas juga jangan ngotot dengan pendapat Mas dong" jawab si istri.
Wek..wek..wek. Terdengar lagi suara dari semak-semak.
"Sudah pasti itu suara ayam. Pasti!" kata suami dengan suara agak keras.
"Aku makin yakin itu suara itik" kata istrinya.
Sang suami mulai jengkel.
"Kamu kok masih ngotot sih? Apakah ada gangguan pada pendengaranmu sehingga tidak bisa lagi membedakan ayam dan itik?" suara sang suami meninggi.
Istrinya tertegun melihat perubahan sikap suaminya. Dia juga kaget dikatakan pendengarannya ada gangguan. Dia tahan air matanya yang akan jatuh. Dia juga heran kemesraan yang tadi berkembang mendadak hilang berganti ketegangan hanya karena memperdebatkan suara binatang dalam semak-semak.
Sang istri mulai sadar bahwa ia keluar rumah untukmenikmati pagi hari yang cerah di bulan madu yang indah. Dia berkata dalam hati "Mengapa kau harus merusak hari-hariku karena hanya suara binatang yang tidak ada hubungannya sama sekali denganku? Biar bebek atau ayam aku tak peduli lagi. Kemesraan ini harus kembali."
Wek..wek..wek. Suara binatang dari semak-semak lagi.
"Dengar! Suara ayam bukan?" kata suami dengan nada tinggi.
"Mas benar, itu suara ayam. Maaf, saya telah membuat Mas emosi" kata sang istri sambil tersenyum.
Sang suami tertegun. Dia baru menyadari sikapnya yang emosionil. Dia lalu menggandeng kembali tangan istrinya. "Maafkan saya telah berkata kasar kepadamu sayang". Dia remas jari-jari tangan istrinya.
Manusia sering lupa membedakan antara sesuatu yang penting dengan yang tidak penting. Sialnya sering ketegangan muncul karena mempersoalkan hal-hal yang tidak penting bahkan tidak ada kaitan langsung dengan kehidupan kita.
Perceraian bahkan sering berawal dari soal kecil, lalu dianggap besar dan masing-masing pihak mepertahankan pendapatnya karena bagian dari harga diri. Api kecil dibiarkan membesar lalu membakar habis keluarganya.
Kesimpulannya :
Belajarlah memahami yang penting dan tidak penting. Jangan menganggap semua hal itu amat penting sehingga hidup kita terasa meletihkan.
Sumber buku : Rumput Tetangga Tidak Lebih Hijau, karangan Nur Cholis Huda, halaman 22.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori ARTIKEL PSIKOLOGI /
nur cholis majid /
rumput tetangga tidak lebih hijau
dengan judul "Pengantin Baru dan Suara Itik". Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://razakpark.blogspot.com/2013/06/pengantin-baru-dan-suara-itik.html.
0 comments "Pengantin Baru dan Suara Itik", Baca atau Masukkan Komentar
Post a Comment
Berkomentarlah secara baik dan sopan , hindari pesan SARA dan SPAM.
Saya ucapkan banyak termakasih atas komentar yang anda tinggalkan. ^_^